Isti Muhlisotin—putri Bapak Darwadi dan Ibu Siti Nurul Faidah tersenyum sumringah sesaat setelah mendapatkan dua penghargaan sekaligus dalam wisuda UNU Sunan Giri Bojonegoro 2021 yang bertempat di hotel Dewarna Bojonegoro, Minggu (5/12/2021).
Perempuan kelahiran Bojonegoro, 27 Desember 1998 itu mendapatkan gelar Penghargaan IPK Tertinggi dari setiap prodi dan juga penghargaan penelitian terbaik dan tercepat.
Skripsinya yang berjudul Eksperimentasi Model Think Talk Write (TTW) terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Tulis Peserta Didik itu diselesaikan dalam waktu kurang lebih delapan bulan.
“Sebenarnya tanggung jawab dan manajemen waktu. Jadi pas ada pemberitahuan dari prodi untuk buat skripsi, ya langsung tak kerjakan. Pagi sore, biar bisa ngurus pekerjaan yang lain,” tutur Isti dalam wawancara singkat, membeberkan cara untuk mendapatkan penghargaan itu.
Tak hanya menjadi mahasiswi peraih penghargaan penelitian terbaik dan tercepat, IPK yang diperoleh Isti pun masuk dalam kategori cumlaude. Dengan total IPK 3,69 Isti senantiasa bisa untuk mempertahankan IPK yang dimilikinya dari semester bawah sampai akhir meski memang sempat naik turun.
“IPK Alhamdulillah bisa capai diangka itu. Meski tidak memungkiri jika memang ada naik turunnya seiring dengan mata kuliah yang semakin naik tingkat semakin sulit. Tapi tetep bersyukur dan alhamdulillah hasil akhirnya lumayan baik,” ujar perempuan yang juga merupakan penerima beasiswa Bidikmisi itu.
Selain menjadi mahasiswa, Isti juga punya kesibukan lain yakni menjadi tutor beberapa anak di desanya pada malam hari. Di akhir semester juga dirinya menyambi pekerjaan lain yaitu sebagai karyawan di usaha sarang walet milik tetangganya.
Tak hanya itu, perempuan yang kerap dipanggil Isti ini, juga ikut serta dalam beberapa organisasi kampus semasa empat tahun Tukangah. Beberapa organisasi kampus yang pernah diikuti olehnya yakni menjadi ketua departemen Sosial 2017, dan menjabat sebagai bendahara 2019 di Himpunan Mahasiswa Matematika (HIMATIKA). Lalu juga di PKPT IPPNU UNU Sunan Giri wakil sekretaris 2019, dan kegiatan organisasi lain di desanya.
Selanjutnya, Isti menambahkan, jika motivasi yang selama ini menguatkan dirinya adalah support dan dukungan dari orang-orang terdekatnya. Terutama orang tuanya yang memang bekerja sebagai tukang bangunan.
“Pesan untuk adik-adikku, jangan malas mengerjakan ketika mendapatkan revisian dari Bapak Ibu dosen, jangan rebahan terus. Karena orang tua kalian sedang menunggu kalian untuk sukses dan berhasil,” tutup Isti memberikan saran untuk adik-adik tingkatnya.Dari kisah Isti Muhlisotin ini, kita bisa mengambil kesimpulan jika berprestasi tidak hanya untuk anak orang yang mampu saja, ia membuktikan jika anak tukang bangunan pun bisa untuk menorehkan prestasi cemerlang meski dalam kehidupan yang serba kurang. (WK)